| |
SEBAGIAN besar para ilmuwan di dunia telah mencapai satu kesepakatan mengenai fenomena yang dikenal dengan nama pemanasan global dan telah menjadi sorotan utama masyarakat dunia sekarang ini. Bahkan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore mendapatkan hadiah nobel perdamaian tahun ini karena getol mengampanyekan kesadaran dampak pemanasan global atau fenomena perubahan iklim.
Selama setengah abad terakhir ini, gas rumah kaca C02, methan, nitrat oksida, dan CFC dilepaskan ke atmosfir bumi dalam jumlah yang sangat besar dan dengan konsekuensi yang juga sangat besar. Sama dengan ketika kita menggunduli hutan, padahal ekosistem hutan memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dioksida (carbon sink), daerah tangkapan air (water catchment areas) serta sebagai ruang hidup dan penghidupan masyarakat (livelihood). Menggunduli hutan berarti memanaskan permukaan bumi dan membebani atmosfir dengan gas-gas penangkap panas melalui pembakaran bahan bakar fosil. Hasilnya dapat diduga dengan mudah yaitu, sebuah planet yang lebih panas dari sebelumnya.
Menurut laporan Panel Antar pemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa/IPCC, telah terjadi kenaikan suhu minimum dan maksimum bumi antara 0,5 – 1,5 derajat. Kenaikan itu terjadi pada suhu minimum dan maksimum di siang hari maupun malam hari antara 0,5 sampai 2,0 derajat Celsius atau temperatur rata-rata global telah meningkat sekitar 0,6 derajat Celsius (33 derajat F) dibandingkan dengan masa sebelum industri.
Jika emisi gas-gas berbahaya ini terus meningkat sesuai dengan kecenderungan yang terjadi, konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dan mencapai dua kali lipat dari sebelum era industri pada tahun 2080. Jika ini terjadi, maka konsentrasi gas rumah kaca akan lebih tinggi dibandingkan konsentrasinya selama jutaan tahun terakhir ini. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya temperatur rata-rata global sebesar 2,5 derajat Celcsius, dengan peningkatan 4 derajat Celsius di daratan. Angka tersebut sepertinya kecil dan tidak berarti, tetapi ketika temperatur permukaan bumi meningkat 4 derajat C, peningkatan ini sebenarnya cukup untuk mengakhiri Zaman Es.
Saat ini, ketinggian lautan sudah mulai meningkat karena balok-balok es di lautan mulai mencair.
Kenaikan suhu secara exceptional sangat mencemaskan dibandingkan dengan bencana seperti banjir dan kekeringan karena kenaikan suhu tidak tergantung dari musim dan bersifat lintas batas sehingga efek distruksinya besar. Selain dari itu, kenaikan suhu durasinya lama dan polanya kontinu sehingga menguras totalitas energi. Berbeda dengan banjir dan kekeringan, sekalipun saat itu polanya acak tetapi magnitud banjir besar terjadi pada musim hujan, sedang magnitud kekeringan ekstrem terjadi pada puncak musim kemarau.
Implikasi Pemanasan Global
Perubahan iklim sudah tidak lagi sekadar menyangkut kepentingan lingkungan hidup. Namun, sudah meluas pada aspek keamanan pangan, ketersediaan air bersih, kesehatan masyarakat, gangguan cuaca berupa badai yang kian meningkat intensitasnya serta ancamannya. Intinya, risiko yang dihadapi manusia naik tajam. Tidak hanya mengarah pada kerusakan harta benda atau lingkungan, tetapi juga mengancam jiwa manusia. Pemanasan global telah memicu peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan melelehnya es di gunung dan kutub, berkurangnya ketersediaan air, naiknya permukaan air laut dan dampak buruk lainnya.
Simon Retallack dan Peter Bunyard dalam The Ecologist menjelaskan bahwa implikasi pemanasan global sangatlah besar. Dengan temperatur yang lebih tinggi, terdapat energi yang lebih besar untuk mendorong sistem iklim bumi, dan pada gilirannya menimbulkan kejadian-kejadian cuaca yang lebih ganas. Badai, banjir, kekeringan, badai debu, hancurnya garis pantai, intrusi air laut ke air tanah, kegagalan tanam, kehancuran hutan, dan penyebaran penyakit endemik. Mereka juga menyatakan, pertanian di seluruh dunia akan menghadapi gangguan yang amat besar dan ekonomi dapat hancur.
Pemanasan global, seperti dilaporkan 441 pakar Intergovernmental Panel on Climate Change, 10 April 2007, menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi lima tahun mendatang berupa kegagalan panen, kelangkaan air, tenggelamnya daerah pesisir, merebaknya wabah penyakit berbahaya, banjir, dan kekeringan. Diperkirakan Asia akan terkena dampak paling parah, produksi pertanian Tiongkok dan Banglades akan anjlok 30 persen, India akan mengalami kelangkaan air, dan 100 juta rumah warga pesisir akan tergenang.
Laju pemanasan global yang tidak terkendali akan makin mempercepat pencairan es di kutub dan meningkatkan permukaan air laut secara drastis. Dampaknya, kawasan pulau kecil dan pesisir makin tenggelam, kemudian menimbulkan sedimentasi yang menutup kawasan terumbu karang. Fenomena tersebut juga akan memicu tingkat keasaman terumbu karang yang menimbulkan pemudaran (bleaching) hingga kepunahan ekosistim tersebut akibat sedimentasi dan intensitas cahaya matahari yang berkurang.
Seiring dengan semakin panasnya permukaan bumi, tanah tempat di mana air berada juga akan cepat mengalami penguapan untuk mempertahankan siklus hidrologi. Air permukaan juga mengalami penguapan semakin cepat sedangkan balok-balok salju yang dibutuhkan untuk pengisian kembali persediaan air tawar justru semakin sedikit dan kecil. Ketika salju mencair tidak menurut musimnya yang benar, maka yang terjadi bukanlah salju mencair dan mengisi air ke danau, salju justru akan mengalami penguapan. Danau-danau itu sendiri akan menghadapi masalahnya sendiri ketika airnya tidak lagi membeku. Air akan mengalami penguapan yang jauh lebih lambat ketika permukaannya tertutup es, sehingga ada lebih banyak air yang tersisa dan meresap ke dalam tanah. Ketika terjadi pembekuan yang lebih sedikit, artinya semakin banyak air yang dilepaskan ke atmosfir. Maka, ketika gletser yang tersisa dari zaman es mencair semua, sungai-sungai akan kehilangan sumber air.
apakah kita hanya diam saja??
apakah kita menunggu datangnya kejadian itu, baru kita bertindak??
0 komentar:
Posting Komentar